“Ide awalnya ini memang merupakan aspirasi dari para mama Papua agar mereka mendapatkan mesin pemintal benang untuk noken, karena kulit kayu itu kan kasar, jadi ketika dipelintir itu tak jarang membuat para mama terluka, itu proses yang menyakitkan, karena itu sejak 2017 akhir kami di Nirudaya mulai merancang program untuk menciptakan dan mendistribusikan alat pintal dan 2018, alatnya sudah mulai didistribusikan,” jelas Martin.
Gayung pun bersambut ketika PT Freeport Indonesia turut mendukung program ini. Tak hanya menyediakan alat pemintal, Freeport juga membina warga di Kampung Utikini Baru sebagai pengrajin noken. Sejak Agustus 2018, telah terdapat 13 orang mama Papua yang menerima bantuan berikut pelatihan dari Freeport terkait produksi noken ini.
“Secara rutin kami mengadakan berbagai pelatihan dan pembinaan untuk para mama di desa Utikini Baru. Hal ini dilakukan selaras dengan upaya Freeport dalam mengembangkan Kampung Utikini Baru sebagai desa noken,” katanya.
Sebagai desa noken nantinya, Kampung Utikini Baru tidak hanya akan memproduksi noken dalam bentuk tas, namun juga berbagai produk turunannya seperti pakaian hingga hiasan rumah.
“Untuk tahun depan, kami berencana untuk mulai masuk ke produk turunan dari noken yang akan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Memang saat ini masih sebatas tas dan kantong kecil, tapi tahun depan akan masuk ke pakaian, home decor dan hiasan rumahan lainnya,” paparnya.
Berita ditayangkan di: Sindonews.com <klik di sini>